Senin, 24 April 2017

STRUKTUR SENI RUPA

NAMA           :   YUNI YUNIASARI
NIM                :   1152100078
KELAS          :   PIAUD-B/IV
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG


STRUKTUR SENI RUPA


A.    Unsur-unsur rupa ( unsur desain)
Untuk kepentingan analisis atau kritik seni pembahasan unsur seni rupa atau lebih lebih lazim disebut sebagai unsur rupa atau unsur desain memang perlu dilakukan beberapa sumber, terkadang menyebut unsur rupa berbeda, akan tetapi dapat ditarik kesimpulan pada dasarnya unsur rupa adalah garis, raut, warna, tekstur, ruang dan gelap terang.
Warna merupakan unsur rupa yang memberikan nuansa bagi terciptanya karya seni, dengan warna dapat ditampilkan karya seni rupa yang menarik dan menyenangkan. Melalui berbagai kajian dan eksperimen, jenis warna diklasifikasi ke dalam jenis warna primer, warna sekunder, dan warna tersier.
Warna primer adalah warna yang tidak diperoleh dari pencampuran warna lain, warna pokok atau dengan kata lain warna yang terbebas dari unsur warna-warna lain, seperti (merah, kuning, biru).
Warna sekunder adalah merupakan pencampuran dari dua warna primer, misalnya warna biru campur warna kuning jadi warna hijau, warna biru campur warna merah jadi warna ungu atau violet, warna merah campur warna kuning jadi warna orange.
Warna tersier adalah pencampuran dari dua warna sekunder.
Tekstur adalah sifat atau kualitas nilai raba dari suatu permukaan, oleh karena itu tekstur bisa halus, licin, kasar, berkerut, dan sebagainya. Dalam tekstur visual boleh jadi kesan yang ditangkap oleh mata itu kasar akan tetapi sesungguhnya halus atau sebaliknya. Kita dapat menentukan halus kasarnya suatu permukaan juga dapat merasakan kualitas permukaan antara kertas, kain, kaca, batu, kayu. Sedangkan pada tekstur semua kesan yang ditangkap oleh mata tidak sama dengan kesan yang ditangkap oleh perabaan.
Dalam bidang seni rupa, unsur ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keluasan, kedalaman, cekungan, jauh dan dekat. Dua bidang yang sama jenisnya misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukurannya ke dua lingkaran itu berbeda. Lingkaran besar akan memberi kesan luas sedangkan lingkaran kecil akan memberi kesan sempit. Jika ke dua lingkaran itu berimpit akan memberi kesan dekat akan tetapi jika diatur berjarak akan memberi kesan ruang yang jauh.
Gelap terang berkaitan dengan cahaya, artinya bidang gelap berarti tidak kena cahaya dan yang terang adalah yang kena cahaya. Goresan pensil yang keras dan tebal akan memberi kesan lebih terang. Gelap terang dalam gambar dapat dicapai malalui teknik arsir yaitu teknik mengatur jarak atau tingkat kerapatan suatu garis atau titik, semakin rapat akan menghasilkan kesan semakin gelap demikian sebaliknya.

B.     Dasar-dasar penyusunan (prinsip desain)
Penyususan drai unsur-unsur estetik merupakan prinsip pengorganisasian unsur dalam karya seni. Hakekat suatu penyusunan yang baik, jika suatu proses penyusunan unsur pendukung karya seni, senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip komposisi: harmoni, kontras, unity, balance, simplicity, aksentuasi, dan proporsi. Prinsip dasar tersebut kadang saling terkait satu dengan yang lain, sehingga sulit dipilahkan, namun kehadirannya secara dalam suatu karya penyusunan akan memberikan hasil yang dapat dinikmati dan memuaskan.
1.      Paduan harmoni (selaras)
Harmoni atau selaras adalah susunan unsur-unsur seni rupa yang senada atau kombinasi dari bagian-bagian yang serasi.
2.      Paduan kontras
Kontras merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda tajam, semua matra sangat berbeda, gelombang panjang dan pendek, tanggapan halus maupun kasar, dengan alat raba menimbulkan sensasi yang menarik perhatian. Kontras merangsang minat, kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk. Tetapi perlu diingat bahwa kontras yang berlebihan dapat merusak kontras.
3.      Paduan irama (repetisi)
Repitisi merupakan pengulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Repitisi atau pengulangan adalah selisih antara dua wujud yang terletak pada ruanng dan waktu.
4.      Paduan gradasi (harmoni menuju kontras)
Gradasi merupakan system paduan dari laras menuju kontras, dengan meningkatkan masa dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan keselarasan yang dinamik, dimana terjadi perpaduan antara kehalusan dari kekasaran yang hadir bersama seperti halnya kehidupan. Gradasi dapat menggambarkan susunan yang monoton menuju dinamika yang menarik.

C.    Hukum penyusunan (asas desain)
Prinsip-prinsip seni rupa adalah pertimbangan-pertimbangan yang dipergunakan dalam penyusunan unsur-unsur seni rupa. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagi berikut :
1.    Kesatuan
2.    Keselarasan
3.    Keseimbangan
4.    Irama
5.    Penekanan
6.    Proporsi atau perbandingan

Referensi :
Hidayatullah, Riyan. Dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex




Minggu, 16 April 2017

KOMUNIKASI SENI

NAMA           :   YUNI YUNIASARI
NIM                :   1152100078
KELAS          :   PIAUD/B/IV
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

KOMUNIKASI SENI
A.    Estetika menuju komunikasi seni
Plotinus (205-270), pendiri ajaran neoplatonisme. Pendapatnya tentang keindahan dikumpulkan oleh muridnya Porfirius dalam Enneadeis yang terdiri dari enam buku dan berisi sembilan bab. Dengan ajaran dalam buku itu, Plotinus dikenal sebagai peletak pertama emanasi (pengaliran). Emanasi merupakan pandangan bahwa semua hal dari Yang Esa dan akan kembali semuanya kepada Yang Maha Esa pula. Melalui emanasi, Plotinus berbicara tentang keindahan, bahwa keindahan yang didapat seseorang dalam kenyataan duniawi dipertanyakan oleh seseorang tersebut sumber kehadirannya. Setelah pengalaman keindahan itu didapat, Plotinus menolak pandangan Stoa yang simetris dan menganggap tidak perlu serta tidak memadai. Yang membuat indah baginya bukan warna, nada, atau suatu bentuk yang homogen. Baginya, pengalaman akan keindahan justru terbentuk dari adanya persatuan antara pelbagai bagian yang berbeda satu sama lain. Persatuan itu terjadi jika ada heterogenitas bukan homogenitas. Keindahan terjadi jika sesuatu mendekati Yang Esa sebagai sumber dan tujuan segala-galanya dan ikut ambil bagian di dalamnya, maka semakin indahlah sesuatu itu. ”Keindahan sekali-kali sirna dari perkembangan dunia dan pengalaman manusia”, ungkap Monroe C. Beardsley sebagai beauty enthrones itself. Pengalaman estetis dapat menentramkan dan menggembirakan manusia, karena manusia di dalamnya mengalami komunikasi yang akrab dan hangat antara dirinya dengan sumber atau asas segala sesuatu yang menarik, mengikat, memikat dan memanggil dia kepada-Nya. Dengan demikian, garis besar pemikiran Plotinus tentang keindahan menempatkan pengalaman estetis manusia lebih dekat dengan pengalaman religius, bahkan puncak perkembangan estetis itu sendiri adalah pengalaman religius yang disebut juga pengalaman mistik. Inilah Emanasi Plotinus sebagai titik awal dan berakhir bukan pada karunia khusus, namun hanya merupakan penyelesaian dari yang awal. Dalam seni pertunjukan dapat diyakinkan sangat sedikit yang mecapai pengalaman titik akhir tersebut karena terhambat oleh hyle (materi) dan kurang mengendalikan diri dalam askesis (latihan).
Pandangan Plotinus diikuti oleh Agustinus (353 - 430) yang menitikberatkan kasatuan sebagai sumber atau dasar keindahan. Kekhasan Agustinus memandang keindahan bahwa, ”pengamatan mengenai keindahan mengandaikan dan memuat suatu penilaian”. Sesuatu dikatakan indah melalui pengamatan yang sesuai dengan apa yang seharusnya ada di dalamnya sebagai suatu keteraturan. Demikian sebaliknya, sesuatu dikatakan jelek jika di dalamnya berupa ketidakteraturan. Agar kita mampu mengamati kedua-duanya, kita memerlukan idea tentang ”keteraturan ideal” yang hanya kita terima lewat terang illahi (divina iluminatio). Di sinilah, Agustinus memberikan istilah Iluminisme sebagai kerangka estetis, dimana keindahan yang dibuat manusia tidak seindah hadirnya keindahan dari Yang Maha Indah. Terakhir adalah Thomas Aquinas (1225 -1274) yang mengatakan tentang keindahan dapat disepakati sebagai pandangan yang memiliki unsur-unsur kebaruan dan mempengaruhi pandangan estetis modern. Rumusan Aquinas yang paling terkenal tentang keindahan, bahwa ”Keindahan berkaitan dengan pengetahuan; kita menyebut sesuatu indah jika sesuatu itu menyenangkan mata sang pengamat. Keindahan terjadi jika pengarahan si subjek muncul lewat kontemplasi atau pengetahuan inderawi terutama indera visual dan auditif.  Keindahan harus mencakup tiga kualitas; integritas (kelengkapan), proporsi (keselarasan yang benar), dan kecermelangan”.
Dari pandangan Aquinas tersebut nampak bagaimana pengetahuan dan peranan subjek dalam hal keindahan begitu mencolok. Demikian pula peranan objek keindahan yang dikenal dan dialami manusia sangat mencolok. Peranan subjek dengan demikian lebih dititikberatkan pada pengetahuan dan pengalaman inderawi sebagai bentuk komunikasi seutuhnya dalam komunikasi intrapersonal

B.     Latar belakang persepektif komunikasi seni
Estetika sebagai filsafat seni, ada tiga tema yang terus berdebat yaitu seniman sebagai subyektivitas; karya seni sebagai obyektivitas ungkapan seniman ke publik; dan penilaian seni yang tidak dalam apresiasi maupun kritik seni. Dari tiga tema tersebut terdapat benang merah pada bentuk keindahan seni sebagai hasil kreativitas yang harus dikomunikasikan, baik dalam proses penciptaan maupun pergelaran karya seni. Dari sisi ini kita melihat bahwa aspek komunikasi dalam seni (seni pertunjukan) amat sangat penting sebagai bentuk penyampaian maksud, tujuan, makna atau pesan dari pertunjukan tersebut. Bobot seni akan dapat kita rasakan dan kita nilai dari aspek komunikasinya. Pesan-pesan atas seni pertunjukan yang dipergelarkan akan efektif dapat berkomunikasi dengan masyarakatnya apabila disampaikan dengan cara berkomunikasi yang ”baik”. Melihat uraian tersebut, seni pertunjukan merupakan media yang di dalamnya terdapat unsur instrinsik dan ekstrinsik yang mampu berkomunikasi dengan masyarakatnya. Unsur instrinsik adalah suatu unsur komunikasi seni pertunjukan yang menyampaikan ”seni” itu sendiri. Dalam kaitan ini, komunikasi seni pertunjukan akan menyampaikan pengalaman estetis, menyampaikan pesan keindahan dari suatu pertunjukan seni, baik melalui dialog, dramatik, musik, tarian maupun tata rupa. Sementara unsur ekstrinsik adalah unsur komunikasi seni pertunjukan yang berkaitan dengan konteks seni. Dalam kaitan ini, komunikasi seni pertunjukan akan menyampaikan sesuatu yang diangkat oleh seni pertunjukan, baik dalam ranah psikologis, politik, budaya, kehidupan sosial, dan lain-lain melalui elemen-elemen simbolis yang ada dalam seni pertunjukan.
Komunikasi seni pertunjukan sering diidentifikasikan sebagai bentuk komunikasi antara pelaku seni pertunjukan dan masyarakat penikmatnya yang dimediasi oleh seni pertunjukan itu sendiri. Bentuk komunikasi semacam ini bisa dikatakan sebagai bentuk komunikasi publik. Akan tetapi dalam seni pertunjukan terdapat pula bentuk komunikasi intrapersonal, dimana bentuk ini dapat dirujuk dari filsafat keindahan (estetika) yang dimulai dari filsafat seni klasik sampai. Hegel dan Kant. Pandangan-pandangan filosofis yang mengarah pada bentuk komunikasi intrapersonal tersebut bahwa pencipta seni manakala inspirasi dari kenyataan (kehidupan) telah mengalami pengendapan dan pengheningan lalu diekspresikan dalam karya seni. Dalam peroses pengendapan dan pengheningan ini, seniman melakukan bentuk komunikasi intrapersonal.

C.    Seni dalam persepektif filsafat ilmu komunikasi
Filsafat ilmu secara umum merupakan telaah filsafat dalam menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1.      Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontologi)
Secara ontologis, pengalaman manusia merupakan segenap wujud yang dapat dijangkau lewat pancaindera atau alat yang membantu kemampuan panca indera. Didasarkan pada landasan ontologis maka obyek yang ditelaah dalam komunikasi seni pertunjukan adalah seni pertunjukan sebagai bentuk kreativitas manusia yang dilandasi dengan pengalaman estetis mereka. Pengalaman estetis ini tidak dapat dipukul rata karena setiap manusia memiliki budaya yang berbeda. Budaya yang tumbuh dalam sub-kultur atau entitas-entitas yang menjadi pembeda bentuk seni yang dihasilkannya akan tumbuh melalui komunikasi Untuk itulah, komunikasi dalam seni pertunjukan akan dapat eksis karena budaya-budaya yang ada pada subkultur atau entitas itu.
Ontologi atau metafisika umum adalah cabang filsafat ilmu yang mempelajari hakikat sesuatu (obyek) yang dipelajari ilmu tertentu. Cabang ini dijalankan untuk menghasilkan definisi, ruang lingkup, dan teori-teori tentang ilmu yang bersangkutan. Ontologi mempelajari hal-hal yang abstrak yang berkaitan dengan realitas (materi) yang ditelaah oleh ilmu pengetahuan sebagai obyek. Terkait dengan hal itu, komunikasi seni pertunjukan merupakan realitas abstrak yang dapat ditelaah dengan metode-metode tertentu. Komunikasi seni pertunjukan dapat berupa objek dari pengalaman inderawi manusia. Dalam istilah seni, hal demikian disebut sebagai pengalaman estetis. Dengan demikian, komunikasi seni pertunjukan adalah suatu pengetahuan yang dipelajari sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Hal-hal yang tercakup dalam komunikasi seni pertunjukan sebagai ilmu pengetahuan antara lain adanya pesan-pesan (messages) antara manusia dengan seni pertunjukannya yang bersifat transmisional, transaksional, dan interaksional. Dalam konteks ontologis dibangun definisi kerja tentang komunikasi seni pertunjukan. Dari definisi ini pula yang sekaligus mempertegas batas-batas pembeda ilmu komunikasi dengan ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, dalam konteks peristiwa pertunjukan di mana suatu bentuk pertunjukan berhubungan dengan pesan yang dimaknai melaui media seni pertunjukan. Dalam komunikasi seni pertunjukan berkaitan pula dengan komunikasi yang bersifat transendental dengan tuhan dalam bentuk pertunjukan ritual.
Pesan-pesan manusia sebagai realitas dalam seni pertunjukan dapat dikenali menurut sifat-sifatnya. Salah satu sifat yang utama adalah realitas itu dapat dicerap oleh panca indera manusia (Onong 1993: 323). Dalam realitas ini, komunikasi dapat menjelaskan realitas komunikasi yang dapat dikonsepsi menjadi suatu teori tentang komunikasi atas berbagai fenomena, termasuk pula pada fenomena seni pertunjukan (Nina Winangsih Syam, 2002).

2.      Bagaimana caranya untuk mendapakan pengetahuan tersebut (epistemologi)
Secara epistemologis, komunikasi seni pertunjukan merupakan proses komunikasi yang terjadi dalam seni pertunjukan. Untuk itu, langkah bagaimana prosedur terjadinya komunikasi dalam seni pertunjukan, hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar tentang komunikasi di dalam seni pertunjukan sebagai suatu kebenaran pengetahuan yang menjadi kekuatan daya hidup seni. Penyelidikan asal, sifat, metode, dan gagasan pengetahuan manusia sangat penting u tuk dilakukan.
Komunikasi seni pertunjukan sebagai realitas merupakan pengetahuan. Disebut pengetahuan karena diperoleh dari kegiatan mental manusia (kesadaran) berpikir dan berkontemplasi tentang realitas itu yang diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan. Agar dapat disebut sebagai pengetahuan ilmiah (ilmu pengetahuan), maka realitas sebagai pengetahuan harus disusun secara benar menurut metode tertentu. Intinya, cabang kedua filsafat ilmu ini memungkinkan pengetahuan manusia menyangkut realitas komunikasi seni pertunjukan dapat dipelajari sebagai sebuah ilmu pengetahuan. Kenyataan itu terjadi pada ilmu komunikasi sendiri yang telah mengembangkan berbagai model dan metode, sekalipun diakui belum ada teori umum (grand theory) yang dapat menjadi payung terhadap semua model dan motode dalam pendekatan komunikasi (Nina Winangsih Syam, 2002: 6).

3.      Apa kegunaan dari pengetahuan yang dimaksud (aksiologi).
Secara aksiologis, komunikasi seni pertunjukan merupakan interaksi nilai-nilai dalam segenap wujud pengetahuan secara moral yang ditujukan untuk kebaikan hidup manusia. Landasan ini memberikan kita pada pemahaman nilai guna seni. Melalui komunikasi seni pertunjukan, fungsi-fungsi, nilai-nilai dan makna seni diberdayakan sebagai suatu keberfungsian seni dalam masyarakat, baik sebagai hiburan, ajaran moral dan agama, pewarisan budaya, politik dan ekonomi.
Dalam perkembangan ilmu komunikasi, kenyataan adanya komunikasi seni pertunjukan dapat disaksikan dalam beberapa peristiwa pertunjukan. Kita mengetahui peristiwa di Maluku, ketika Presiden SBY akan memberikan sambutan dalam suatu perayaan di daerah tersebut. Tiba-tiba melalui seni pertunjukan tari Cakalele, bendera RMS dikibarkan, dan mendadak para pengawal dan polisi mengamankan para penari tersebut. Peristiwa itu tidak semata-mata peristiwa seni pertunjukan, namun bagaimana dengan seni pertunjukan mereka berkomunikasi dengan seorang kepala negara dan rakyat Indonesia. Melalui perspektif komunikasi, seni pertunjukan memiliki nilai bagi para pelakunya. Melalui komunikasi seni pertunjukan, ideologi mereka dibentangkan lewat tarian Cakalele.
Ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam komunikasi seni pertunjukan merupakan aspek kajian yang penting sebagai bagian dari cara pandang filsafat ilmu. Penyatuan antara aspek kajian dan komponen piker tersebut melahirkan ethos, pathos, dan logos sebagaimana pemikiran Aristoteles yang menjadi sumbu pemikiran filosofis. Ethos mengajarkan para ilmuwan tentang pentingnya rambu-rambu normatif dalam pengembangan ilmu yang merupakan kunci utama bagi hubungan antara produk ilmu dan masyarakat pengguna. Pathos merupakan komponen yang menyangkut masalah afeksi atau emosi atau rasa yang ada dalam diri manusia sebagai mahluk yang selalu mencintai keindahan dan penghargaan, sehingga tidak menjadi mahluk yang kaku dan monoton. Sementara logos merupakan komponen yang membimbing ilmuwan untuk mengambil suatu keputusan yang didasarkan atas pemikiran yang bersifat nalar dan rasional (Nina W. Syam, 2002: 22).


Daftar pustaka :
Sutrisno, F.X. Mudji. 1994. Estetika: Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Kanisius

Syam, Nina Winangsih. 2002. Rekonstruksi ilmu komunikasi Perspektif pohon Komunikasi dan Pergeseran Paradigma Komunikasi Pembangunan dalam Era Globalisasi. Bandung: Universitas padjadjaran.

PEMAHAMAN ESTETIK

NAMA      :   YUNI YUNIASARI
NIM          :   1152100078
KELAS     :   PIAUD/B/IV
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

PEMAHAMAN ESTETIK
A.    Pendahuluan
Pemahaman atau apresiasi memiliki dimensi logis. Estetika atau yang sering didengar sebuah keindahan mempunyai banyak makna dan arti, Setiap orang mempunyai pengertian yang berbeda antara satu dan yang lainnya mengenai arti dan makna estetika. Sebab, setiap orang mempunyai penilaian dan kriteria keindahan yang berbeda-beda. Berikut pengertian estetika dan lingkupnya dapat dicermati di bawah ini :
  1. Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni (Kattsoff, Element of Philosophy, 1953).
  2. Estetika merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan penciptaan, apresiasi, dan kritik terhadap karya seni dalam konteks keterkaitan seni dengan kegiatan manusia dan peranan seni dalam perubahan dunia (Van Mater Ames, Colliers Encyclopedia, Vol. 1).
  3. Estetika merupakan kajian filsafat keindahan dan juga keburukan (Jerome Stolnitz, Encylopedia of Philoshopy, Vol. 1).
  4. Estetika adalah suati ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek yang disebut keindahan (A. A. Djelantik, Estetika Suatu Pengantar, 1999).
  5. Estetika adalah segala hal yang berhubungan dengan sifat dasar nilai-nilai nonmoral suatu karya seni (William Haverson, dalam Estetika Terapan, 1989).
  6. Estetika merupakan cabang filsafat yang berkaitan dengan proses penciptaan kaya estetis (Jhon Hosper, dalam Estetika Terapan, 1989).
  7. Estetika adalah fisafat yang membahas esensi dari totalitas kehidupan estetik dan artisrtik yang sejalan dengnan zaman (Agus Sachari, Estetika Terapan, 1989).
  8. Estetika mempersoalkan hakikat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsfat seni mempersoalkan hanya karya seni atau benda seni, atau artifak yang disebut seni (Jakob Sumarjo, Filsafat Seni, 2000).



B.     Teori Pemahaman
1.      Leo Tolstoy (Rusia) tentang Estetika Seni
Dalam bahasa Rusia, keindahan adalah Kroasta artinya sesuatu yang mendatangkan rasa senang bagi yang melihat dengan mata. Pada saat itu bangsa Rusia belum memiliki pendapat mengenai keindahan dalam seni musik. Oleh karena itu, Leo Tolstoy berpendapat bahwa keindahan adalah suatu yang mendatangkan rasa nwnyenangkan bagi yang melihat.
2.      Eli Siegel tentang Teori Estetika Realitas
Bagi Eli Siegel, seni adalah kehidupan, dimana didalamnya terdapat hal-hal yang bertentangan. Bebrapa pokok dalam estetika realitas adalah adanya hubungan antara logika dan emosi. Hal ini muncul dalam bentuk karya seni dan desain yang dianggap menyenangkan, serta diterima menurut ketepatan berpikir, setiap karya seni memiliki kemajuan tertentu dan kehadiran relasi yang selalu ada, hal ini berkaitan dengan kontinuitas dan diskontinuitas yang dituangkan dalam estetika realitas.
15 Pokok yang diajukan Eli Siegel diantaranya:
Kebebasan dan keteraturan, Persamaan dan perbedaan, Kesatuan dan keberagaman, Impersonal dan personal, Alam semesta dan objek, Logika dan emosi, Kesederhanaan dan kompleksitas, Kontinuitas dan diskontinuitas, Dalam dan permukaan, Diam dan energik, Berat dan ringan, Outline dan warna, Gelap dan terang, Santai dan serius, Kebenaran dan imajinasi.
3.      Monroe Beardsley tentang Teori Kreativitas
Monroe Beardsley menjelaskan adanya tiga ciri yang menjadi sifat 'membuat baik (indah)' dari benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri tersebut yaitu:

a. Kesatuan (unity)
Yaitu benda estetis itu tersusun secara baik atau sempurna bentuknya, contoh : candi
b. Kerumitan (complexity)
Yaitu benda estetis atau karya seni kaya akan isi dan unsur yang saling berlawanan serta mengandung  perbedaan-perbedaan yang halus, contoh : lukisan
c. Kesungguhan (intensity)
Benda estetis yang baik harus memiliki kualitas tertentu yang menonjol bukan sekedar sesuatu yang kosong. Kualitas ini tidak menjadi masalah apa yang dikandungnya (misalnya suasan suram atau gembira) asalkan menjadi sesuatu yang intensif atau sungguh-sungguh.
4.      Pendapat De Witt H. Parker tentang Teori Bentuk Estetika
Ciri umum bentuk estetis terbagi menjadi 6 asas yaitu:
a. Asas Kesatuan Utuh
Asas ini berarti setiap unsur dalam karya seni adalah perlu bagi nilai karya itu dan karya tersebut tidak memuat unsur-unsur yang tidak perlu, sebaliknya mengandung semua yang di perlukan. Nilai dari suatu karya sebagai keseluruhan tergantung pada hubungan timbal balik dari unsur-unsur tersebut, yakni setiap unsur memerlukan, menanggapi, dan menuntut setiap u sur lainnya.
b. Asas Tema
Dalam setiap karya seni terdapat satu (atau beberapa) ide induk atau peranan yang unggul berupa apa saja ( bentuk, warna, pola irama, atau tokoh) yang menjadi titik pemusatan dari nilai kedeluruhan karya itu. Ini menjadi kunci bagi penghargaan dan pemahaman orang terhadap karya seni itu.
c. Asas Variasi menurut Tema
Tema dari karya seni harus disempurnakan dan diperbaik dengan terus menerus mengumandangkannya. Agar tidak menimbulkan kebosanan, pengungkapan tema harus tetap dalam pokok yang sama namun dengan variasi.
d. Asas Keseimbangan
Keseimbangan merupakan kesamaan dari unsur-unsur yang berlawanan atau bertentangan. Dalam karya seni walaupun ada unsur-unsur yang tampaknya bertentangan, tetapi sesungguhnya aaling memerlukan karena menciptakan suatu kebulatan. Unsur yang saling berlawanan ini tidak memerlukan sesuatu yang sama, melainkan yang utama adalah kesamaan dalam nilai. Dengan kesamaan dari nilai-nilai yang saling bertentangan terdapat keseimbangan secara estetis, contoh: tokoh antagonis dan protagonis dalam suatu film atau drama.
e. Asas Perkembangan
Asas ini dimaksudkan bahwa kesatuan dari proses yang bagian awalnya menentukan bagian selanjutnya dan bersama-sama menciptakan suatu makna yang menyeluruh. Misalnya dalam sebuah cerita terdapat sebab akibat atau rangkaian yang saling berkait dengan ciri berupa perkembangan dari makna yang menyeluruh.
f. Asas Tatajenjang
Asas yang terakhir ini merupakan penyusunan khusus dari unsur-unsur dalam asas tersebut. Dalam karya seni yang rumit, kadang-kadang terdapat satu unsur yang memegang kedudukan yang penting. Unsur ini mendukung secara tegas tema yang bersangkutan dan mempunyai kepentingan yang jauh lebih besar daripada unsur-unsur lainnya.
C.    Penikmatan
Penikmatan sebagai proses psikologis, kurang memiliki aspek logis. Apresiasi menuntut keterampilan dan kepekaan estetik untuk memungkinkan seseorang mendapatkan pengalaman estetika dalam mengamati karya seni. Pengalaman estetik bukanlah sesuatu yang mudah muncul atau mudah diperoleh, karena untuk semua ittu memerlukan pemusatan atau perhatian yang sungguh-sungguh. Pengalaman estetika dari seseorang, adalah persoalan psikologis. Seseorang tidak hanya membahas sifat-sifat yang merupakan kualitas dari benda estetik, melainkan juga menelaah kualitas abstrak dari benda estetik, terutama menguraikan dan menjelaskan secara cermat, dan lengkap dari semua gejala psikologis yang berhubungan dengan karya seni.
Daftar Pustaka :
Hidayatullah, Riyan. Dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex
Mawardi dan Nur Hidayati, 2007, IAD-ISD-IBD. Cetakan kelima. Bandung: Pustaka Setia.
Nanang Ganda Prawira dan Nanang Supriatna, Materi dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa dan Seni Musik bagi Guru. Dari e-book di http://scribd.com
Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB
Surajiyo, 2014, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Cetakan keenam. Jakarta: Bumi Aksara.

MAKALAH ESTETIKA DAN SENI

ESTETIKA DAN SENI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstuktur
Mata Kuliah Pengembangan Estetika

Dosen Pengampu :
Dra. Yuyun Yulianingsih, M.pd.




Disusun Oleh :
Kelompok 3 / PIAUD-B/IV
Neng Ainul Fadillah   (1152100044)
Ulya Latifah                (1152100073)
Yuni Yuniasari            (1152100078)



PRODI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAN DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017







KATA PENGANTAR

بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِÙŠْÙ…ِ

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kita semua dalam bentuk yang sempurna dan telah diamankan kepada kita sebagai manusia agar memelihara apa yang ada dimuka bumi, oleh karena itu patutnya melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepada kita dengan sungguh-sungguh, sehingga menjadi manusia seperti yang telah Allah kodratkan.
Shalawat serta salam selalu terlimpah curahkan kepada Nabi kita semua yakni Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat, dan kita selaku umatnya yang InsyaAllah selalu dalam lindungan Allah Swt. Amiin..
Alhamdulillah dengan berbagai macam kendala akhirnya kita dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Estetika dan Seni. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi  salah satu  tugas terstruktur Mata Kuliah Pengembangan Estetika.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. kami menyadari bahwa penullian makalah ini masih terdapat kekeliruan yang sedikit mengganggu para pembaca, namun dengan adanya  makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.







Bandung,  Maret 2017


Penyusun




DAFTAR ISI
















BAB I

PENDAHULUAN


Di dalam kehidupan sehari-hari keindahan sangat berguna dan dibutuhkan oleh manusia pada umumnya. Keindahan digunakan manusia agar mendapatkan rasa kepuasan tersendiri. Keindahanpun tidak dapat dipandang sama oleh setiap orang, karena apabila seseorang memandang atau menilai bahwa benda itu memiliki keindahan yang timggi belum tentu orang lain memandang bahwa benda tersebut memiliki keindahan yang tingggi pula, sehingga nilai keindahandapat dikatakan relatif.
Cara membuat benda indah pun tidak bisa jika dengan teori dalam jiwa yang kosong, karenajika tidak mempunyai jiwa dan teori yang mendalam maka sulit untuk seseorang membuat benda itu menjadi indah. Biasanya jika pelukis, pemusik atau sastrawan memiliki jiwa yang penuh dengan keadaaan hati yang baik akan menghasilkan karya yang memuaskan juga selain itu, keadaan sekitar dalam menciptakan karya juga akan mempengaruhi karyanya.
Sehingga di dalam makalah ini kelompok kami ingin menyajikan teori tentang nilai estetika dan seni. Estetika yang mempunyai hubungan dengan seni . Cangkupan estetika  pun cukup luas yang dapat didalami dan di pelajari dalam kaidah-kaidah yang mengandung unsur keindahan.

1.      Apa penilaian keindahan itu ?
2.      Bagaimana sejarah penilaian keindahan ?
3.      Apa saja teori estetika dan seni ?

1.      Untuk mengetahui penilaian keindahan
2.      Untuk mengetahui sejarah penilaian keindahan
3.      Untuk mengetahui teori estetika dan seni






Nilai adalah ukuran derajat tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati, dalam berbagai objek yang bersifat fisik konkrit maupun abstrak.

Seni memang menyangkut nilai dan yang disebut seni memang nilai, bukan bendanya. Nilai adalah sesuatu yang selalu bersifat subjektif, tergantung pada manusia yang menilainya. Karena subjektif, maka setiap orang, setiap kelompok, setiap masyarakat memiliki nilai-nilaina sendiri yang disebut seni. Setiap seni itu memiliki nilai-nilai dasar yang sama. Nilai-nilai dasar ini ialah nilai yang ada dalam hidup manusia, yaitu nilai agama, filsafat, seni dan ilmu pengetahuan. Masing-masing nilai tadi mempunyai dasar, aturan, bentuk dan fungsinya sendiri dalam hidup manusia.
Meskipun awalnya sesuatu yang indah dinilai dari aspek teknis dalam membentuk suatu karya, namun perubahan pola pikir dalam masyarakat akan turut mempengaruhi penilaian terhadap keindahan. Misalnya, pada masa romantisme di perancis, keindahan berarti kemampuan menyajikan sebuah keagungan. Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda.

Nilai-nilai dasar dalam seni ialah sebagai berikut :
1.      Nilai penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur.
2.      Nilai isi (content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan/kognisi, nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari nilai moral, nilai sosial, nilai religi dan sebagainya.
3.      Nilai pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai keterampilan, dan nilai medium yang dipakainya.
Semua dasar-dasar nilai itu menyatu padu dalam wujud seni dan tak terpisahkan hanya dapat dibedakan bagi kepentingan analisis seni oleh para kritikus.


Keindahan yang menyangkut seni, mengandung nilai-nilai universal dan sekaligusjuga kntekstual-budaya. Nilai dapat diartikan esensi, pokok yang mendasar yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar noratif. Nilai sebagai esensi ini dalam seni, dapat masuk kedalam aspek instrinsik seni yaitu struktur bentuk seni. Tetap juga dapat masuk aspek ekstrinsiknya juga berupa nilai dasar agama, moral, sosial, psikologi dan politik.
Nilai esensi bentuk yaitu struktur, adalah hasil dari cara pengaturan unsur-unsur dalam seni yang hanya dapat dilakukan dengan menggunakan logika. Setiap struktur tentu telah dipilih oleh seniman dengan maksud dan tujuan tertentu. Dalam logika struktur inilah muncul kesimpulan bahwa yang indah itu benar. Kalau pemilihan strukturnya begitu kuat dan utuh, maka sesuatu yang selesai, sempurna, dapat tercipta dalam karya seni. Bagian karya seni itu ternyata disusun sedemikian rupa sehingga muncul suatu tatanan matematis yang sangat esensial (segi tiga, lingkaran, persegi dan lain-lain). Inilah penggunaan logika dalam struktur bentuk yang bernilai esensial. Tidak mengherankan apabila beberapa seniman musik mengakui bahwa matematika amat penting dalam penciptaan musik atau musik yang baik dapat melatih logika seseorang.
Sementara itu, nilai esensi ekstrinsik sudah umum dikenal lewat karya seni. Karya seni besar tidak hanya mempunyai arti instrinsik tetapi juga ekstrinsik.
Sebuah karya seni disebut seni karena aspek intrinsik bentuknya, tetapi karya seni disebut besar dan mahakarya karena unsur ekstrinsiknya, yaitu mengangkat persoalan-persoalan besar yang dilihat esensinya. Di sini pemikiran seseorang mengenai hidup dapat menuntun menciptakan karya seni besar tak jarang bahwa seniman sebenarnya juga seorang filsuf, hanya filsafatnya tidak diuraikan secara logis, verbal, dan sistematis tetapilewat unsur instrinsik seninya.
Nilai sebagai esensi, nilai sebagai kepentingan subjektif, dan seni sebagai kualitas, merupakan nilai-nilai yang pokok dalam seni. Nilai-nilai itu diwujudkan dalam seni lewat aspek instrinsik maupun ekstrinsik.




Keindahan seharusnya sudah dinilai begitu karya seni pertama kali dibuat. Namun rumusan keindahan pertama kali yang terdokumentasi adalah oleh filsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi, keharmonisan dan kesatuan. Sementara menurut Aristoteles menilai keindahan datang dari aturan-aruran, kesimetrisan, dan keberadaan.
Nilai estetik                        Bersifat mendasar (inti) murni dan abstrak.
Nilai seni                           Berkaitan dengan bentuk visual dan auditif (pendengaran suara) dari manusia.

Nilai estetika terdapat pada :
1.    Seni rupa         : garis, bentuk, warna, tekstur, ruang, cahaya.
2.    Seni tari           : gerak, tempo, irama.
3.    Seni musik       : suara, metrrum, irama.
4.    Seni drama      : dialog, ruang, gerak.

1.    KONSEP THE BEAUTY AND THE UGLY
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memilki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan sifat the ugly, suatu karya sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.

2.      NILAI ESTETIK DALAM SENI RUPA
Unsur-unsur dasar :
a.    Garis adalah titik-titik yang tersambung
b.    Bentuk adalah gabungan dari beberapa bidang
c.    Warna adalah lapisan terluar dari suatu material
d.   Tekstur adalah kualitas atau sifat suatu permukaan material
e.    Ruang adalah rongga yang terbatas
f.     Cahaya adalah suatu kualitas gelap terang.

3.      PRINSIP DASAR
a.    Kesatuan
b.    Keselarasan
c.    Keseimbangan
d.   Irama
e.    Proporsi
f.     Penekanan

Seni adalah ekspresi pribadi yang divisualisasikan melalui sifat dasar seni sebagai berikut :
a.    Kreatifitas, adanya pencipta “realitas baru” dari kegiatan yang terus menerus.
b.    Individualitas, adanya ciri khas yang personal dari kristalisasi pengalaman dan kemampuan.
c.    Relatichoritas yang langgeng, adanya ragam pengungkapan yang kaya akan pengertian.
d.   Kesemestaan naluri, kehadirannya ada pada semua tingkat peradaban manusia, dari yang paling primitive sampai yang paling modern, dan bisa dinikmati oleh manusia dari kultur yang berbeda.

Struktur seni adalah elemen yang membentuk karya seni. Elemen tersebut adalah :
a.    Ide pokok : Tema atau gagasan utama yang ingin diungkapkan
b.    Medium: bahan atau material yang sudah diperhitungkan kualitas dan karakter-karakter khusus yang memiliki kolerasi antara jenis karya seni dengan gagasan ide pokok yang ingin dikomunikasikan.
c.    Metode: cara yang khusus dalam memadukan semua unsur ke dalam bentuk pengungkapan yang utuh.

4.    GARIS BESAR DAYA ESTETIS DALAM SEJARAH SENI
a.    Purba (magis)
Seni sebagai manifestasi dari keinginan mendapatkan keselamatan.
b.    Klasik (memesis)
Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan suatu keindahan kesempurnaan realitas semesta.
c.    Abad pertengahan (presentasional)
Seni sebagai manifestasi dari kainginan mengungkapkan suatu keindahan dari realitas semesta yang bersifat transenden.
d.   Modern (formalitas)
Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan suatu keindahan dalam bentuk sesuai dengan fungsinya.
e.    Postmodern (simulasi)
Seni sebagai manifestasi dari keinginan mengungkapkan fantasi, ilusi-ilusi, agar menjadi tampak nyata.

Teori-teori tentang estetika, diantaranya :
1.      Pengertian intrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .Teori intrinsik berpendapat bahwa nilai seni terdapat pada “bentuknya”. Bentuk adalah medium inderawi sebuah karya seni. Isinya adalah tidak relevan. Misalnya, lukisan pemandangan alam; nilai keindahan dibentuk dari hubungan garis-garis, warna-warna, dan bentuk-bentuk yang dapat disadari. Sedangkan pepohonan, gunung, awan, matahari, dan mungkin sungai tidaklah relevan dengan keindahan yang sesungguhnya sebagai objek real. Teori intrinsik secara subtansif menyadur konsep idea Plato yang dikembangkan oleh Kant.

2.      Pengertian ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya, yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.Teori ekstrinsik berpendapat bahwa susunan dari arti-arti di dalam dan susunan medium inderawi yang menampung proyeksi dari makna dalam harus dilebur. Nilai-nilai keindahan mencakup semunya, meliputi semua arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya. Contohnya : puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik.
3.      Teori serba intelektual didasari filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa “keindahan adalah kebenaran, keindahan yang benar atau kejujuran!” kebenaran yang dimaksud adalah manifestasi prinsip universal dalam kehidupan yang nyata ataupun khayali. Disebut pula sebagai kebenaran baru (new reality)dan kebenaran kedua (second reality). Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan sesorang untuk meperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan maslah-masalah yang timbul. Artinya, ilmu pengetahuan dan seni memiliki tujuan yang sama hanya berbeda dalam prosesnya: ilmu pengetahuan menyajikan bayangan dalam bentuk nilai-nilai abstrak, sedangkan seni menyediakan bayangan nyata dan merupakan perumpamaan.
4.      Katharsis merupakan penyaluran emosi dan agresi yang bias berupa kekesalan, kesedihan, kebahagiaan, impian dan lainnya ini dilakukan dengan pengalaman wakilan (Vicarious experience) seperti mimpi, lelucon, fantasi atau khayalan.
Teori katarsis yang diintrodusir oleh Aristoteles bertolak dari efek seni drama/teater terhadap khalayaknya yang mendapatkan kepuasan dan kedamaian. Baginya, keindahan adalah ekspresi dan ekspresi adalah “muatan” atau “isi” seni. Seni adalah representasi bukan realitas sehingga seniman dapat mengatasi pelbagai masalah dengan karyanya tersebut.
Dalam konteks ini, seseorang tidak melakukan penyaluran emosi dan agresi-nya secara nyata oleh individu tersebut, melainkan dilakukan hanya melihat atau membayangkan sesuatu tersebut dilakukan, atau dengan istialah lain yaitu pengalaman wakilan.
Seperti contoh seorang remaja sambil mendengarkan musik Rock favoritnya, membayangkan dirinya menjadi seorang bintang musik Rock yang sedang pentas dihadapan ribuan penonton.Atau contoh lainnya seorang ibu yang menonton sebuah serial TV yang menggambarkan sosok seorang anak yang baik dan berbakti pada orang tuanya, ibu tersebut merasa tenang dan merasa puas karena emosinya tersalurkan, meskipun dalam kenyataannya ibu tersebut tidak memiliki anak yang baik tersebut.

Teori-teori tentang seni, diantaranya:
1.      Teori bentuk, Teori ini dikenal sebagai pandangan formalism dalam estetika. Mengutamakan bentuk dari pada pokok soal, tema, dan muatan isinya.
2.      Teori pengungkapan, suatu kegiatan manusia yang sadar, mengungkapkan perasaan-perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain agar mereka terjangkit.
3.      Teori metafisik, merupakan bayangan realitas mutlak.
4.      Teori psikologis, merupakan pemenuhan keinginan-keinginan dorongan batin dari dinamika kejiwaan yang tidak bersifat intelektual, bahkan didorong dari keinginan bawah sadar manusia.
5.      Teori penandaan, seni merupakan suatu lambing atau tanda-tanda perasaan manusia.






























Nilai adalah ukuran derajat tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati, dalam berbagai objek yang bersifat fisik konkrit maupun abstrak.
Nilai-nilai dasar dalam seni ialah sebagai berikut :
4.      Nilai penampilan(appearance)
5.       Nilai isi (content)
6.       Nilai pengungkapan (presentation)
Semua dasar-dasar nilai itu menyatu padu dalam wujud seni dan tak terpisahkan hanya dapat dibedakan bagi kepentingan analisis seni oleh para kritikus.
              Teori-teori tentang estetika berkembang, diantaranya, misalnya teori intrinsik, teori ekstrinsik, teori serba intelektual, teori katarsis. Teori intrinsic berpendapat bahwa nilai seni terdapat pada “bentuknya”. Bentuk adalah  medium inderawi sebuah karyaseni. Isinya adalah tidak relevan. Misalnya, lukisan pemandangan alam; nilai keindahan dibentuk dari hubungan garis-garis, warna-warna, dan bentuk-bentuk yang dapat disadari. Sedangkan pepohonan, gunung, awan, matahari, dan mungkin sungai tidaklah relevan dengan keindahan yang sesungguhnya sebagaiobjek real. Teori intrinsic secara subtansif menyadur konsep idea Palto yang dikembangkan oleh Kant. Teori ekstrinsik berpendapat bahwa susunan dariarti-arti didalam dan susunan medium inderawi  yang menampung proyeksi dari makna dalam harus dilebur. Nilai-nilai keindahan mencakup semunya, meliputi semua arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya.








DAFTAR PUSTAKA


Sumber buku   :
Hidayatullah, Riyan. Dkk. 2016. Estetika Seni. Yogyakarta: Arttex
Sumardjo, Jacob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB
Sumber website :




STRUKTUR SENI RUPA

NAMA           :   YUNI YUNIASARI NIM                :   1152100078 KELAS          :   PIAUD-B/IV UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNU...